SANGATTA – Peringatan Nuzulul Qur’an 1446 H yang digelar di Masjid Agung Al-Faruq, Kompleks Perkantoran Bukit Pelangi, Kutai Timur (Kutim), Minggu (16/3/2025) malam, diwarnai sedikit kekecewaan dari Bupati Ardiansyah Sulaiman. Pasalnya, banyak Kepala Perangkat Daerah (PD) yang tidak hadir, meskipun undangan resmi telah disampaikan sebelumnya.
Acara yang diselenggarakan atas kerja sama antara Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim ini dihadiri oleh beberapa tokoh agama dan pejabat penting, termasuk Wakil Bupati Mahyunadi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan di lingkungan pemerintahan, namun rendahnya partisipasi dari para pejabat menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen mereka terhadap aspek religius dalam pemerintahan.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah Sulaiman menegaskan pentingnya kehadiran dan keterlibatan aktif Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam agenda keagamaan sebagai bagian dari pembinaan spiritual masyarakat. Ia berharap panitia dapat memastikan kehadiran semua perangkat daerah di masa mendatang.
“Ke depan, panitia harus memastikan semua perangkat daerah hadir. Jangan hanya datang kalau ada absen,” tegasnya.
Ketidakhadiran sejumlah pejabat dalam acara ini menimbulkan kekhawatiran apakah semangat religiusitas dalam birokrasi mulai memudar. Sebagai pemimpin daerah, Bupati Ardiansyah menekankan bahwa nilai-nilai keislaman harus dihayati dan diamalkan, bukan sekadar dijadikan seremoni belaka.
Peringatan Nuzulul Qur’an di Kutim bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi jajaran pemerintahan. Acara ini diharapkan dapat membangun kebersamaan antara pemimpin daerah dan masyarakat. Kehadiran pejabat dalam kegiatan keagamaan bukan hanya sebagai simbol, melainkan sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap pembinaan moral dalam lingkungan pemerintahan.
Dengan absennya banyak pejabat dalam acara ini, muncul dorongan agar di masa mendatang ASN lebih proaktif dalam menghadiri kegiatan keagamaan. Hal ini bertujuan agar nilai-nilai spiritual tetap hidup dalam kebijakan dan pelayanan publik di Kutim.
Bupati Ardiansyah berharap agar ke depan, semangat religius dalam pemerintahan tetap terjaga dan menjadi bagian integral dari tata kelola pemerintahan. Dengan demikian, birokrasi di Kutim tidak hanya profesional, tetapi juga berlandaskan nilai-nilai agama yang kuat. (kopi3/Ltr1)