BATU AMPAR – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melaksanakan Kunjungan Kerja Lapangan atau Cap Jempol Stop Stunting di Batu Timbau Ulu, Kecamatan Batu Ampar, pada Kamis (27/2/2025). Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan TPPS yang sebelumnya juga mengunjungi Kecamatan Rantau Pulung.
Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah perangkat daerah yang tergabung dalam TPPS, antara lain perwakilan dari Dinas Kesehatan (Dinkes), TP-PKK, Disdukcapil, Dinas Perikanan, Disnaker, Dinsos, Disdikbud, serta PDAM. Selain itu, turut hadir pula Tim Pakar, Golda Institute, dan IGTKI.
Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B, yang diwawancarai setelah kegiatan di Balai Pertemuan Umum (BPU) kantor desa setempat, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil kunjungan di dua lokasi yang ada di Batu Timbau Ulu, desa tersebut berada pada titik aman terkait masalah stunting. Meski ada risiko, kondisi tersebut masih bisa ditolerir.
“Melihat data keseluruhan, untuk Kecamatan Batu Ampar, angka keluarga yang berisiko stunting masih terbilang rendah. Ada 5 anak yang sebelumnya terdata stunting, namun setelah diperbarui, angka tersebut menjadi 15 anak stunting. Sedangkan keluarga berisiko stunting sebanyak 282 Kepala Keluarga (KK),” ungkap Achmad.
Ia juga optimis bahwa dengan semangat kolaboratif antara para kepala desa dan perangkat daerah, upaya penanggulangan stunting akan berhasil. Para kepala desa sudah memahami program yang ada dan siap bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut.
“Apalagi kami mendapat dukungan penuh dari Camat Batu Ampar, dan dukungan luar biasa dari TNI-Polri untuk mendampingi pengawasan, memastikan bahwa Program Makanan Tambahan (PMT) bisa sampai ke anak-anak yang membutuhkan,” tambahnya.
Sementara itu, Camat Batu Ampar, Suriansyah, menjelaskan bahwa mereka sudah melakukan verifikasi dan validasi data yang ada. Beberapa desa, termasuk Batu Timbau Ulu, yang sebelumnya berisiko stunting, kini sudah berhasil keluar dari data keluarga risiko stunting (KRS).
“Data ini harus diperbaiki dan terus diperbarui agar intervensi bisa lebih tepat sasaran. Ada 5 anak yang teridentifikasi stunting dan perlu mendapat intervensi. Meskipun mereka tergolong pendek, bukan sangat pendek, perubahan dalam beberapa bulan dengan intervensi yang tepat bisa meningkatkan kondisi mereka,” jelas Suriansyah.
Camat Batu Ampar berharap agar perangkat daerah yang terkait dapat bekerja bersama-sama untuk menjalankan program konvergensi, dengan pembagian tugas yang jelas. “Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan perangkat terkait lainnya agar dapat menangani masalah stunting dengan lebih efektif,” ujarnya.
Ia pun optimis bahwa angka stunting di Kecamatan Batu Ampar dapat segera diturunkan, dengan melibatkan desa sebagai orang tua asuh bagi anak-anak stunting. “Kami tidak ingin membebani masyarakat, tetapi jika anggaran dari negara belum ada, kami akan meminta para kepala desa menjadi orang tua asuh,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Batu Timbau Ulu, Aripin, menyampaikan apresiasinya atas kunjungan TPPS Kutim. Ia siap bersinergi dengan TPPS Kutim dan pihak terkait lainnya untuk menekan angka stunting di desanya. “Semoga angka stunting di Kecamatan Batu Ampar segera turun,” ujarnya singkat.
Dengan langkah-langkah yang telah diambil dan kolaborasi yang solid antara pemerintah daerah dan masyarakat, diharapkan angka stunting di Kecamatan Batu Ampar dan Kutim secara keseluruhan dapat berkurang secara signifikan.(*/Ltr1)