RANTAU PULUNG – Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim), Achmad Junaidi B, mengungkapkan bahwa terdapat 348 Kepala Keluarga (KK) berisiko stunting di Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul). Dalam kunjungan kerja lapangan (KKL) yang berlangsung pada Rabu (26/2/2025), TPPS Kutim melakukan sampling pada dua lokus di Desa Mukti Jaya dan Desa Kebon Agung untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan stunting yang dikenal dengan sebutan “Cap Jempol Stop Stunting.”
Achmad Junaidi B, yang juga menjabat Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, menjelaskan bahwa meskipun hasil penimbangan dan pengukuran menunjukkan bahwa anak-anak di kedua lokus tersebut tidak mengalami stunting, mereka masih berada dalam risiko tinggi.
“Anaknya memang tidak stunting, tetapi mendekati, karena risiko stunting ini erat kaitannya dengan faktor-faktor seperti air bersih dan sanitasi,” ujarnya.
Namun, hasil sampling di dua lokus tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa Kecamatan Rantau Pulung terbebas dari masalah stunting.
“Ini hanya sampling, dan hasil ini tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwa seluruh wilayah Rantau Pulung bebas dari stunting,” tegas Junaidi.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, termasuk kepada kepala desa (kades), warga, dan unsur TPPS yang hadir, agar mereka lebih paham mengenai pencegahan stunting.
Saat ini, masih ada sekitar 346 KK yang belum dikunjungi, dan tugas selanjutnya jatuh kepada Camat Rantau Pulung bersama tim untuk melakukan kunjungan dan edukasi serupa di desa-desa lainnya.
“Tugas Bu Camat dan timnya adalah turun lagi untuk melakukan hal yang sama dan memastikan bahwa semua data keluarga berisiko stunting tercatat dengan benar,” ujar Junaidi.
Selain itu, Junaidi juga mengingatkan pentingnya peran perusahaan di Kecamatan Rantau Pulung. Ia berharap agar perusahaan dapat berpartisipasi dalam program yang terkait dengan pencegahan stunting, seperti melalui program CSR yang berfokus pada pengembangan lingkungan.
“Jika perusahaan tidak terlibat, saya khawatir mereka tidak memahami apa yang harus dilakukan, dan ini bisa berdampak pada efektivitas program,” tambahnya.
Camat Rantau Pulung, Tristiningsih, menambahkan bahwa mereka telah menerima data dari pemerintah kabupaten mengenai keluarga yang berisiko stunting, namun data tersebut masih perlu validasi lebih lanjut.
“Data ini baru sebagian yang sudah dilakukan validasi, dan kami akan melanjutkan validasi ini serentak di seluruh kecamatan setelah Lebaran, sekitar April atau Mei,” ungkap Tristiningsih.
Proses validasi akan melibatkan Puskesmas, PLKB, dan kader desa untuk memastikan data yang akurat dan sinkron antar desa.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan penyerahan Paket Makanan Tambahan (PMT) dari Baznas kepada keluarga berisiko stunting, serta penyerahan alat kerja PLKB dan pemakaian rompi kepada Camat Rantau Pulung sebagai bagian dari upaya mendukung program pencegahan stunting.
Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan data keluarga berisiko stunting dapat lebih valid, dan program pencegahan stunting di Kecamatan Rantau Pulung dapat berjalan lebih efektif.(*/Ltr1)