BENGALON – Banjir yang melanda Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), sudah dua pekan terakhir dan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan surut. Hujan deras yang terus mengguyur wilayah tersebut menyebabkan debit air meningkat secara drastis, menambah parah kondisi banjir yang telah merendam pemukiman warga.
Menyikapi situasi ini, Camat Bengalon, Permana Lestari, mengimbau seluruh warga untuk segera melakukan evakuasi ke posko pengungsian. Ia mengingatkan bahwa air yang mengalir dari hulu sungai semakin besar dan diperkirakan akan terus menggenangi wilayah Bengalon.
“Air di Hulu sungai semakin besar, nantinya akan turun ke bawah (Kecamatan Bengalon) dan akan semakin tinggi lagi banjir di sini,” ujar Permana Lestari melalui pesan WhatsApp pada Minggu (2/2/2025) malam.
Permana juga mengingatkan warga yang masih bertahan di rumah agar menjaga diri dari bahaya listrik, mengingat banyaknya rumah yang terendam.
“Kami juga sudah membuat himbauan kepada masyarakat secara resmi, terkait pemadaman listrik, hati-hati dalam menggunakan lampu penerangan pengganti seperti lilin, yang bisa membahayakan terjadinya kebakaran,” jelasnya.
Selain itu, Camat Bengalon juga mengingatkan kewaspadaan terhadap predator sungai, seperti buaya, yang dapat muncul saat banjir. Hal ini menjadi perhatian penting, terutama bagi karyawan perusahaan yang hendak berangkat kerja atau pulang kerja.
Permana melanjutkan, pihaknya telah mendirikan beberapa posko pengungsian, salah satunya di Kantor Kecamatan Bengalon. Selain itu, bantuan dari BPBD Kabupaten Kutim berupa perahu evakuasi juga telah disebar ke setiap desa, dengan masing-masing desa mendapatkan dua perahu. Bantuan perahu juga datang dari PT KPC.
Khadijah, dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan (PMDK) Kecamatan Bengalon, yang turut menangani posko pengungsian, menyebutkan bahwa debit air terus meningkat dan dibandingkan dengan banjir yang terjadi pada tahun 2022, saat ini ketinggian air jauh lebih tinggi.
“Rumah saya sendiri sudah terendam, padahal tahun lalu tidak terkena banjir,” kata Khadijah.
Ia menjelaskan bahwa ketinggian air bervariasi, ada yang setinggi dada orang dewasa, ada pula yang setinggi pinggang, tergantung lokasi masing-masing. Di posko pengungsian kecamatan, hingga saat ini terdapat sekitar 28 jiwa yang mengungsi, meskipun sebagian warga memilih untuk mengungsi di tempat lain.
“Melihat kondisi air yang terus meningkat, situasi sudah mendekati darurat. Informasi dari hulu sungai di daerah Tepian Langsat juga menunjukkan bahwa airnya semakin tinggi,” tambah Khadijah.
Selain bantuan evakuasi, Khadijah juga menyebutkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan, untuk menyiapkan bantuan sembako bagi warga terdampak. Pemerintah desa setempat turut mengalokasikan anggaran untuk memberikan bantuan sembako bersama dengan Forkopimcam.
Dengan terus meningkatnya debit air, pemerintah dan masyarakat setempat berupaya untuk mengatasi dampak banjir ini dan memastikan keselamatan warga yang terdampak.(*/Ltr1)