PINRANG – Usai melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim) Mahyunadi bersama Plt Kepala Dinas PUPR, Joni Abdi Setia, beserta staf, melanjutkan perjalanan ke Bendungan Benteng yang terletak di Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Bendungan yang berjarak sekitar 20 km di utara pusat kota Pinrang ini merupakan salah satu cagar budaya yang dibangun pada tahun 1939 pada masa penjajahan Belanda.
Bendungan Benteng memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dan diakui sebagai cagar budaya dengan nomor inventarisasi 874 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Kunjungan kerja ini juga dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (DPSDA-BK) Pinrang, Muhammad Jenal, mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya air dalam mendukung sektor pertanian di wilayah masing-masing.
Setelah mengitari bendungan, Wakil Bupati Mahyunadi memberikan pandangannya mengenai tantangan pengelolaan irigasi di Kutim. Menurutnya, sektor pertanian di Kutim masih tertinggal, dengan sawah yang terpisah-pisah di berbagai kecamatan.
“Di Pinrang, sektor pertanian menjadi urat nadi perekonomian, dengan hamparan sawah yang luas, mencapai puluhan ribu hektar dalam satu hamparan. Ini memungkinkan manajemen irigasi yang lebih terintegrasi, dari hulu ke hilir,” ungkap Mahyunadi.
Sebaliknya, di Kutim, yang masih sangat bergantung pada sektor pertambangan dan kelapa sawit, kondisi irigasi menjadi tantangan besar. Mahyunadi menegaskan, revitalisasi saluran irigasi di Kutim menjadi prioritas untuk mendukung ketahanan pangan, terutama dalam produksi beras lokal.
“Kami akan segera melakukan inventarisasi saluran irigasi yang ada, baik dari segi program maupun anggaran. Jika saluran irigasi sudah baik, kami akan memperluas lahan sawah hingga 200 hektar,” tambahnya.
Di sisi lain, Muhammad Jenal menjelaskan bahwa Bendungan Benteng berfungsi utama untuk mengatur irigasi yang mendukung pertanian di wilayah sekitar Pinrang, termasuk Kabupaten Sidrap. Bendungan ini menerima aliran dari lima sungai utama yakni Sungai Mamasa, Saddang, Baruppu, Matallo, dan Masuku. Air yang ditampung kemudian disalurkan melalui tiga saluran induk, yaitu Saluran Sawitto (Pinrang), Rappang (Sidrap), dan Pekkabata (Polewali Mandar).
“Saluran Rappang mengalirkan air ke Sidrap dan mengairi sekitar 17.000 hektare lahan pertanian. Keberlanjutan dan pemeliharaan Bendungan Benteng menjadi prioritas, baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat setempat, karena vital untuk ketahanan pangan,” jelas Muhammad Jenal.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan ketahanan pangan, Pemkab Kutim telah memulai pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi di empat kecamatan utama penghasil beras, yaitu Sangatta Selatan, Long Mesangat, Kongbeng, dan Kaubun. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung ketahanan pangan yang lebih baik di Kutim.
Melalui kunjungan ini, Wabup Mahyunadi berharap dapat memperkuat kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air antara Kabupaten Kutim dan Pinrang, serta mempercepat pembangunan infrastruktur irigasi yang lebih efektif.(kopi4/Ltr1)